Kuning pada Bayi, Apakah Normal?

mybabymine.com - Pasti Bunda sudah tidak asing dengan bayi yang mengalami kondisi kuning, entah itu anak sendiri atau anak dari orang sekitar.
Namun, apakah Bunda tahu bahwa kondisi tersebut ada yang tergolong normal (fisiologis) dan ada yang tergolong penyakit (patologis)?
Yuk, pelajari lebih lanjut tentang penyakit kuning pada bayi melalui artikel ini!
Mengenal kondisi kuning pada bayi yang baru lahir
Kondisi kuning yang biasanya tampak pada kulit bayi sebenarnya bukanlah hal yang asing lagi. Ayah dan Bunda juga jangan cemas dulu, karena bisa saja kondisi tersebut bersifat fisiologis atau normal.
Dalam istilah medis, kondisi kuning disebut juga dengan ikterus atau hiperbilirubinemia. Warna kuning yang muncul terjadi karena adanya bilirubin yang berlebihan di dalam darah.
Bagi mayoritas bayi yang baru lahir, hiperbilirubinemia adalah sebuah fase transisi yang normal.
Namun, pada beberapa bayi, kondisi ini juga bisa berkembang menjadi parah, sehingga perlu diketahui apakah kondisi kuning yang terjadi pada bayi tersebut termasuk fisiologis atau patologis.
Seorang bayi dikatakan mengalami hiperbilirubinemia ketika hasil pemeriksaan laboratoriumnya menunjukkan kadar bilirubin dalam plasmanya lebih dari angka standar, yaitu sebesar 5-7 mg/dL.
Kondisi kuning biasanya dapat dilihat dari kulit dan sklera mata bayi, dan dianggap normal ketika itu muncul saat bayi berusia 1 hari sampai 2 minggu.
Metabolisme bilirubin pada bayi
Bilirubin adalah zat hasil dari pemecahan sel darah merah. Dalam sel darah merah yang pecah, terdapat hemoglobin (Hb) yang akan dipecah kembali menjadi bilirubin.
Sebanyak 1 gram Hb akan menghasilkan 34 mg bilirubin.
Bilirubin hasil pemecahan Hb tersebut larut dalam lemak, lalu diikat oleh protein dan dibawa menuju hati.
Di dalam hati, bilirubin akan diproses dengan sebuah enzim untuk membentuk bilirubin yang larut air untuk dibawa ke saluran pencernaan atau usus.
Kemudian, di dalam usus, bilirubin menempel ke makanan dan diproses menjadi sterkobilin yang mewarnai tinja.
Jika di dalam usus tidak ada makanan yang mengikat bilirubin, maka bilirubin akan diubah lagi menjadi bentuk yang larut lemak dan diserap kembali ke dalam aliran darah.
Bilirubin ini diikat lagi oleh protein dan dibawa menuju hati. Proses inilah yang disebut dengan sirkulasi enterohepatik (rantai usus-hati).
Terjadinya kelebihan bilirubin pada bayi dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti:
- Jumlah sel darah merah pada bayi masih tinggi, sehingga hasil pemecahannya juga tinggi.
- Sel darah merah bayi hidup lebih singkat daripada sel darah merah orang dewasa.
- Pada bayi yang lahir prematur, jumlah protein pengikat bilirubin masih sedikit.
- Organ hati yang masih belum sempurna, sehingga pemrosesan bilirubin belum maksimal.
- Peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Kondisi kuning fisiologis pada bayi
Kuning yang muncul pada bayi yang berusia 1 hari sampai 2 minggu bisa dikatakan kuning fisiologis (normal). Umumnya, hal ini berhubungan dengan pemberian ASI.
Kondisi kuning terkait dengan ASI ini terbagi menjadi 2, yaitu ikterus dini dan ikterus akibat ASI.
1. Ikterus dini
Ikterus dini, atau disebut juga breastfeeding jaundice, terjadi akibat kekurangan asupan makanan. Bayi mengalami dehidrasi, sehingga meningkatkan sirkulasi enterohepatik.
Bilirubin yang seharusnya dikeluarkan bersama tinja akan diserap kembali ke dalam darah, karena kekurangan makanan untuk mengikatnya.
Biasanya, kondisi ini terjadi di awal-awal kehidupan, karena ASI dari ibu yang belum cukup.
Penanganan:
Untuk kondisi ini, Ayah dan Bunda tidak perlu memberikan pengobatan apapun. Kunci dari penanganan kondisi ini adalah dengan mencukupi asupan cairan pada bayi.
Jika ASI tidak mencukupi, disarankan juga memberikan pengganti ASI (seperti ASI donor atau susu formula) untuk si Kecil.
2. Ikterus akibat ASI
Ikterus akibat ASI disebut juga dengan breastmilk jaundice. Keadaan ini berkebalikan dengan ikterus dini, yang mana disebabkan oleh kandungan yang ada di dalam ASI itu sendiri.
Biasanya, kakak atau adik dari bayi tersebut juga akan mengalami hal yang sama.
Penyebabnya masih belum jelas, tetapi diduga karena hasil metabolisme hormon progesteron dan konsentrasi asam lemak bebas yang tinggi. Zat tersebut dapat mencegah pemrosesan bilirubin di dalam hati bayi.
Penanganan:
Jika bayi Ayah dan Bunda mengalami kondisi ini, segera hentikan pemberian ASI.
Selama penghentian ASI, dokter akan melakukan pemeriksaan kadar bilirubin dalam darah bayi secara berkala. Hal ini untuk melihat apakah ada penurunan bilirubin selama ASI dihentikan.
Bunda bisa mengganti ASI dengan susu formula atau ASI donor untuk memastikan asupan cairan bayi tetap terjaga.
Kesimpulan
Kuning pada bayi yang muncul di usia 24 jam hingga 2 minggu merupakan hal yang normal, dan sering kali berkaitan dengan pemberian ASI.
Namun, jika kondisi kuning terjadi di luar waktu tersebut dan menunjukkan gejala lain, seperti kejang atau tidak sadarkan diri, maka Ayah dan Bunda perlu membawa si Kecil ke dokter anak.
Editor & Proofreader: Afrillia Yenita
-
Referensi :
- IDAI (2013). Air Susu Ibu dan Ikterus.
- IDAI (2008). Buku Ajar Neonatologi. Jakarta.
- Birth Injury Help Center. Breast Feeding and Jaundice.