Waspadai Anemia Defisiensi Besi pada Anak

mybabymine.com - Anemia defisiensi besi sering terjadi pada anak-anak di negara berkembang. Kondisi ini terjadi akibat kurangnya asupan zat besi yang masuk ke dalam tubuh.
Untuk mengetahui kondisi anemia pada anak, ada beberapa gejala yang bisa orang tua lihat. Perlu dicatat bahwa anemia yang tidak ditangani dengan tepat, dapat berdampak serius pada masa depannya nanti.
Oleh sebab itu, penting bagi Ayah dan Bunda mewaspadai kondisi ini terjadi pada sang buah hati.
Mengenal anemia defisiensi besi pada anak
Anemia dapat dideteksi dari gejala klinis yang muncul, serta hasil pemeriksaan kadar Hb (hemoglobin) di dalam darah.
Anemia defisiensi besi (ADB) adalah salah satu jenis anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam proses pembentukan sel darah merah.
Ketika anak baru lahir, ia akan memiliki kadar Hb normal, karena mendapatkan asupan zat besi yang cukup dari Ibunya saat dalam kandungan.
Setelah lahir, bayi pun akan mengalami 3 fase pembentukan Hb, yaitu:
- Di usia 6-8 minggu: pembentukan sel darah merah menurun, dan usia sel darah merah yang pendek menyebabkan Hb turun menjadi sekitar 11 g/dL.
- Di usia 2 bulan: terjadi peningkatan pembentukan sel darah merah. Zat besi cadangan mulai digunakan.
- Di usia 4 bulan: cadangan besi akan menurun dan bayi membutuhkan zat besi dari luar (ASI).
Zat besi adalah komponen penting dalam pembentukan sel darah merah untuk proses metabolisme hingga perkembangan sistem saraf.
Itulah mengapa jika anak mengalami kekurangan zat besi, dapat memengaruhi fungsi kognitif dan perilakunya di kemudian hari.
Zat besi juga menjadi sumber energi bagi otot, sehingga membuat anak lebih kuat dan meningkatkan kemampuan aktivitas fisiknya.
Daya tahan tubuh juga akan menurun saat terjadi anemia defisiensi besi, yang menyebabkan anak menjadi mudah sakit.
Gejala anemia defisiensi besi pada anak
Sel darah merah berfungsi untuk mengantarkan oksigen dan nutrisi melalui aliran darah menuju organ-organ ke seluruh tubuh.
Jika jumlah sel darah merah kurang dari normal, maka akan memengaruhi fungsi dan kerja organ tubuh.
Beberapa gejala dan tanda yang muncul saat anak mengalami ADB adalah:
- Pucat, dapat dilihat dari kelopak mata bagian dalam, telapak tangan, dan mukosa mulut.
- Lemas, anak yang sebelumnya aktif bermain, akan tampak lebih cepat lelah dan membatasi diri untuk beraktivitas.
- Kurang berkonsentrasi, karena aliran oksigen yang tidak cukup ke otak, maka dapat menyebabkan anak sulit berkonsentrasi dan akhirnya, memengaruhi kemampuan kognitifnya.
- Mudah sakit, karena zat besi berperan dalam pembentukan sistem daya tahan tubuh, maka defisiensi besi mengakibatkan anak mudah terinfeksi virus atau bakteri penyebab penyakit.
Jika Ayah dan Bunda tidak mengenali anemia defisiensi besi pada anak dalam waktu yang cukup lama, maka kondisi ini bisa berkembang menjadi lebih parah.
Apabila anemia yang dialami si Kecil sudah cukup parah, gejala yang mungkin dialaminya termasuk:
- Sesak napas.
- Detak jantung meningkat.
- Terasa melayang, seperti ingin pingsan.
- Bengkak pada tangan dan kaki.
Jika kadar Hb dalam darah si Kecil cukup rendah, ia juga bisa menunjukkan perilaku memakan hal-hal yang bukan makanan. Ia akan mulai mengunyah es, kertas, kapur, tepung, dan sesuatu lainnya.
Kejadian ini akan berhenti apabila anemianya diatasi dengan baik.
Penyebab anemia pada anak berdasarkan usia
Usia 0-1 tahun
- Cadangan zat besi di dalam tubuh menurun.
- Berat badan lahir rendah (BBLR).
- Bayi lahir dengan usia prematur.
- Asupan susu formula rendah zat besi.
- ASI eksklusif tidak disertai suplementasi besi.
- Pertumbuhan yang cepat.
- Adanya anemia pada Ibu saat kehamilan.
Usia 1-2 tahun
- Asupan makanan dengan kandungan zat besi kurang.
- Obesitas.
- Infeksi berulang yang meningkatkan kebutuhan zat besi.
- Terjadi gangguan absorpsi zat besi di dalam saluran pencernaan.
Pencegahan anemia defisiensi besi
Untuk mencegah terjadinya ADB pada anak, Ayah dan Bunda perlu mengetahui hal-hal berikut:
- ASI eksklusif tidak memiliki kandungan zat besi yang tinggi, sehingga disarankan untuk dibarengi dengan pemberian suplementasi zat besi.
- Saat anak telah memasuki usia untuk pemberian makanan pendamping ASI (MPASI), maka usahakan diberikan makanan dengan kandungan zat besi tinggi, termasuk hati ayam, ikan, dan daging merah.
- Cegah infeksi pada anak dengan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan.
- Pastikan anak mengonsumsi suplementasi zat besi sejak bayi hingga remaja.
Jika anak telah menunjukkan gejala-gejala yang mengarah ke anemia defisiensi besi, jangan sungkan untuk membawanya ke dokter. Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik, bahkan menyarankan pemeriksaan darah.
Jadi, Ayah dan Bunda jangan sepelekan anemia pada si Kecil ya, karena sangat berpengaruh terhadap kecerdasan dan aktivitasnya sehari-hari.
Editor & Proofreader: Afrillia Yenita
-
Referensi :
- IDAI (2016). Anemia Kekurangan Zat Besi.
- IDAI (2013). Anemia Defisiensi Besi pada Bayi dan Anak.
- Healthychildren.org. Anemia in Children and Teens: Parent FAQs.
- RSAB Harapan Kita. Dampak Anemia Defisiensi Besi pada Anak.