ornamen

Yuk, Kenali Kondisi Stunting pada Anak!

mybabymine.com - Tinggi badan menjadi salah satu indikator pertumbuhan si Kecil.

Mungkin saja Ayah dan Bunda akan membandingkan tinggi badan anak dengan teman-temannya untuk memastikan bahwa si Kecil tumbuh dengan normal.

Dan mungkin saja, ada beberapa dari Ayah dan Bunda yang mendapati anaknya tampak lebih "pendek" dari teman-temannya. 

Apakah pertumbuhan si Kecil normal atau termasuk ke dalam kondisi stunting? Yuk, simak terus artikel ini untuk mengetahui semua tentang kondisi stunting!

Apa itu stunting?

Di masa pertumbuhannya, anak akan menjalani pengukuran secara rutin, dari tinggi badan hingga berat badan. Masing-masing pengukuran tersebut dapat menunjukkan sebuah kondisi dari si Kecil.

Sesuai dengan kurva pertumbuhan dari WHO, terdapat rentang normal dari tinggi badan, berat badan, dan status gizi dari si Kecil. Saat di ukur, anak bisa masuk ke dalam rentang normal, kurang, atau lebih dari normal.

Saat tinggi badan anak kurang dari rentang normal sesuai usianya, maka disebut dengan stunting, yang terjadi ketika anak mengalami kekurangan gizi secara kronis.

Namun, seringkali Ayah dan Bunda tidak menyadarinya. Banyak dari orang tua menganggap bahwa anak yang pendek disebabkan oleh genetik orang tua yang juga pendek.

Perlu diketahui, bahwa faktor genetik memegang peran paling kecil dari kondisi pendek atau stunting.

Hal yang paling berperan adalah faktor lain, seperti pola makan, lingkungan, sanitasi, dan pelayanan kesehatan, sehingga stunting merupakan kondisi yang sangat bisa dicegah.

Cara mencegah stunting

Seribu hari pertama kehidupan atau sejak lahir hingga usia 2 tahun (1000 HPK) adalah masa emas untuk melakukan pencegahan stunting.

Selain itu, orang tua juga harus memiliki bekal yang cukup sebelum merencanakan memiliki anak. Karena pengetahuan yang baik akan meningkatkan kualitas dalam mengasuh si Kecil.

Terdapat 3 hal penting dalam pencegahan stunting, yaitu:

1. Pola makan


Kekurangan nutrisi dalam jangka panjang menjadi penyebab utama terjadinya stunting. Oleh karena itu, pola makan yang baik berperan besar dalam pencegahan stunting

Saat baru lahir, si Kecil memerlukan nutrisi dari ASI. Bunda disarankan untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi hingga usianya 6 bulan. Setelah itu, Bunda perlu menambahkan nutrisi melalui makanan pendamping ASI

Saat si Kecil mulai mendapatkan MPASI, Ayah dan Bunda harus memperhatikan kandungan gizi dari menu makanan.

Kemkes RI memberikan acuan dalam pemberian gizi seimbang dengan isi piringku. Di dalam isi piringku, harus terpenuhi makanan pokok, lauk, sayur, dan buah.

Selain itu, Ayah dan Bunda harus sesuaikan tekstur makanan dengan kemampuan oromotor si Kecil sesuai usianya. 

2. Pola asuh

Pola asuh dari orang tua memengaruhi pola hidup sehat yang diterapkan di dalam keluarga, terutama pada si Kecil.

Dalam masa tumbuh kembang, si Kecil harus dipaparkan dengan lingkungan yang baik dan bersih. Selain itu, berikan stimulasi yang cukup.

Dimulai dari persalinan yang aman di fasilitas kesehatan hingga melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) bisa menjadi langkah awal pencegahan.

Ayah dan Bunda juga harus memastikan si Kecil untuk mendapatkan imunisasi lengkap. Imunisasi memberikan perlindungan kesehatan pada si Kecil terhadap penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin.

Jika si Kecil dalam kondisi sehat, maka nutrisinya akan lebih optimal bekerja selama masa pertumbuhannya. 

3. Sanitasi dan air bersih 

Air adalah salah satu media yang dapat meningkatkan risiko si Kecil mengalami infeksi. Oleh karena itu, Ayah dan Bunda harus memperhatikan sanitasi di sekitar rumah dan juga penggunaan air yang bersih. 

Biasakan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum menyiapkan makanan, setelah dari kamar mandi, dan saat memasak.

Air yang digunakan untuk air minum dan memasak juga harus air yang bersih. Selain itu, pastikan bahwa si Kecil buang air di tempat yang bersih.

Dampak stunting terhadap kesehatan si Kecil

Dengan kondisi stunting, tentunya akan memengaruhi kesehatan si Kecil saat ini maupun di kemudian hari. Beberapa dampaknya adalah:

1. Bertubuh pendek atau kerdil

Perawakan pendek si Kecil akibat stunting bisa mengganggu petumbuhannya.

Jika kondisi stunting tidak segera diatasi, maka si Kecil akan tumbuh dengan tubuh yang pendek. Tentunya, hal ini bisa menurunkan kepercayaan diri si Kecil.

2. Perkembangan otak tidak optimal

Kekurangan nutrisi jangka panjang sangat berpengaruh terhadap perkembangan otak si Kecil. Performa belajar si Kecil saat di sekolah akan terganggu jika perkembangan otaknya tidak optimal.

3. Risiko penyakit metabolik


Kondisi pertumbuhan yang kurang dari rentang normal dapat memengaruhi kerja metabolisme dalam tubuh.

Jika kerja metabolisme di dalam tubuh terganggu, maka si Kecil nantinya akan lebih mudah mengalami penyakit metabolik, seperti obesitas, tekanan darah tinggi, hingga diabetes.

Masa kehamilan dan seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) adalah fase paling penting dalam pencegahan stunting pada anak.

Rutinlah membawa si Kecil ke posyandu, agar dilakukan pemeriksaan tinggi badan secara berkala.

Jika Ayah dan Bunda merasa si Kecil tidak tumbuh secara optimal, jangan takut untuk membawanya ke dokter. Semakin cepat diketahui, maka akan lebih mudah ditangani.

  • Referensi :

    • Kemenkes (2018). Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh, dan Sanitasi.
    • WHO (2014). Global nutrition targents 2025: stunting policy brief.
    • WHO. Stunting prevalence among children under 5 years of age (%) (JME).